Cengkareng, 20 april 2009. Tepat pukul 21.30 WIB aku baru saja tiba di Bandara Soekarno Hatta. Taksi yang ku tumpangi secara perlahan menghilang dari pandangan. Perjalanan itu ku tempuh dengan sedikit hati yang rapuh. Bagai mana tidak teman-temanku yang sudah menunggu sejak 20 menit yang lalu mereka di temani sanak keluarga masing-masing. Mereka sedang asik bercengkrama menunggu proses check in tiba. Sedangkan aku tinggal sebatang kara tak ada keluarga yang menemani keberangkatanku ke Doha.
Tiba-tiba hand pohne ku berdering, terlihat di layar ponselku nomor kakak terpampang.
“hallo, Assalamualikum”jawab ku dengan nada sedikit merendah.
“waalikumsalam, Aang sudah sampai di Bandara?” ternyata Itu suara Ibu dengan sedikit suara serak serak basah.
“Alahamdulillah Bu,Aang sudah sampai Bandara tinggal menunggu proses check in”.
“Aang hati-hati ya nak !” terdengar lirih suara Ibu yang seperti nya ia tak kuasa menahan air mata.
“Ibu jangan menangis, Aang pasti baik-baik saja. Aang akan hati-hati.Aang janji, Aang pasti kembali”
“Tapi dua tahun bukan lah waktu yang sebentar nak. Kamu tahu sendiri Ibu sudah sakit-sakitan”
Aku pun tak kuasa menahan air mata, entah kenapa kali itu aku benar-benar menjadi orang cengeng. Air mataku pelahan menetes membasahi kerah bajuku.
“Sudah lah Ibu jangan menangis, ini sudah menjadi keputusan Aang yang bulat. Kita serahkan saja segala urusan sama Allah ya. Aang hanya berharap doa dari Ibu, semoga Aang di beri kesehatan, kemudahan, kelancaran sehingga suatu saat kita bisa bertemu kembali. Berkumpul kembali bersama Ayah, Ibu, kakak, Adik dan bercengkrama bersama para tetangga”.
“ia nak pasti Ibu doakan, kamu doakan Ibu juga ya nak. Ibu tidak tahu kapan Allah akan memanggil Ibu tapi Ibu berharap bisa bertemu kembali dengan mu nak. Sekali lagi pesan Ibu jagalah dirimu baik-baik,jangan tinggalkan sholat, jangan terlalu boros, jangan merokok, jangan minum minuman keras, jangan bergaul dengan orang yang tidak benar, carilah orang-orang yang sholeh sehingga selalu bisa mendekatkan dirimu kepada Allah”
“ia Ibu nasihat Ibu akan selalu Aang ingat, dan Insyaallah Aang akan melaksanakannya dengan segenap kemampuan Aang. Ya sudah ya bu Aang mau check in dulu teman-teman sudah memanggil. Jaga diri Ibu baik-baik,jangan lupa minum Obat. Titip salam buat Ayah,kakak dan adik”
“ia nak Ibu akan baik-baik saja, jangan lupa kalau sudah di sana sering-sering telepon ya, Assalamualikum”
“ia Ibu pasti, Waalikumsalam warahmatullah”.
****
Aku mengantri ke-5 dari depan konter Emirates Airlines, terlihat seorang laki-laki setengah baya berkumis tipis sedang sibuk memproses para calon penumpang. Tiba-tiba hand phone ku kembali bergetar,aku kira masih dari Ibu tapi ternyata nomor yang terpampang di layar hand phone adalah nomor asing, ternyata dia hanya miscall.
Tapi tiba-tiba seseorang menepuk pundaku dari belakang, terlihat seorang pemuda berpakaian kaos kuning bergaris, wajahnya putih bersih,tinggi agak kurus. kemudian dia menyapa.
“Kamu yang namanya Aang ya?”,
“ia mas, anda siapa?” jawabku balik bertanya.
“Saya Ardika, orang yang kamu telepon tadi sore”
“ohh ini to mas Dika dan ini nomor mas dika?”
“ia itu nomor ku yang lain”
“ dari pada ngantri panjang kita mending check in di konter lain yuk” mas dika Nampaknya orangnya baik, aku pun nurut saja.
Proses check in berlangsung aku sedikit gugup laki-laki setengah baya yang berkumis tipis itu nampaknya agak sedikit dingin membuat suasana semakin kaku.
Nampaknya di konter sebelah ada sedikit keributan, teman ku yang lain beradu argument hebat, ia sedang di mintai surat keterangan dari perusahaan tempat kami akan bekerja. Namun ia menyatakan seluruh dokumen sudah telampir di surat penjanjian atau kontrak kerjanya, namun tetap saja si petugas konter itu mencari dalih dan alasan untuk memenangkan sebuah perdebatan hingga akhirnya mau gak mau dengan hati yang tidak ikhlas ia harus merogoh kantongnya guna menutupi mulut si petugas konter itu hingga akhirnya dia diam dan proses check in pun bisa di lanjutkan.
Aku terus saja mengikuti mas dika, kemudian kami menuju ke konter bebas piskal. Di konter ini kami hanya menunjukan NPWP kemudian beres. Lalu kami menunggu teman-teman yang lain melakukan hal yang sama. Setelah itu secara bergerombol kurang lebih waktu itu kami berjumlah 7 orang bersama-sama memasuki konter imigrasi guna memasuki gate utama menuju pesawat.
Namun di konter imigrasi ini kesabaran kami benar-benar di uji kembali, petugas imigrasi benar-benar mempermainkan kami. Aku hanya bisa diam mas dika juga diam, kali ini giliran pak Pranowo yang turun tangan, Dia sudah senior sudah sering pulang pergi ke luar negeri pernah bekerja selama 3 tahun di kapal pesiar.
Diskusi pun sangat sengit perdebatan kembali terjadi, adu agumen pun saling di lontarkan.
“kurang ajar kita benar-benar di jadiin sapi perah oleh petugas imigrasi yang berengsek itu” pak pranowo dengan sedikit muka memerah karena saking marahnya.
“kenapa pak, masalahnya apa?”
“ katanya kita kurang dokumen ini lah dokumen itu lah,padahal sudah jelas-jelas kita membawa surat kontrak kerja dari perusahaan. Ya sudah lah aku sudah tau apa mau mereka. Kita saling kolekan aja berapa yang kalian punya, aku ada 50 dollar siapa yang mau nambah?”
“kita mau sumpel mulut mereka berapa pak?” Tanya seorang teman yang bernama Ade.
“kita ada tujuh orang jadi kita kasih aja 800 ribu, kalau gak mau tambah 200 lagi, kalau tetap gak mau kita keroyok sekalian,gimana?”
“oke pak setuju” kata seorang teman yang bernama Aviv.
Akhirnya mau gak mau aku pun merogoh kocek sebesar Rp 150.000. dan akhirnya uang terkumpul sebesar 1 juta rupiah dari tujuh orang. Dan akhinya kami pun bisa lolos dari gerbang yang di jaga oleh birokrator-birokrator busuk itu.
“sudah ikhlaskan saja, anggap saja amal buat mereka” tiba-tiba mas dika memecah kebuntuan dan menenangkan kemarahan pak Pranowo.
“selama tiga tahun aku keluar masuk ini bandara baru kali ini akau menemukan petugas yang berengsek itu sampai terang –terangan pula bilang birokrasinya, aku kasihan sama anak istri mereka pasti tiap hari makan uang haram hasil memeras para TKI”
“sudah lah pak ikhlaskan saja, anggap saja kita beli tiket pesawat” aku pun memberanikan diri untuk angkat bicara.
Perjalanan di lanjut dengan menyusuri koridor yang tertata rapi dan bersih, aku hanya bisa mengikuti dari belakang. Setelah belok kanan dari koridor terminal 2 bandara sukarno hatta Nampak banyak sekali orang yang mengantri di sana, rupanya ada pemeriksaan barang untuk yang ke dua kalinya.
Setelah mengantri gilirankupun tiba, aku membawa tas ransel hitam berisi obat batuk sebanyak 2 botol. Tiba-tiba petugas itu menyetopku dan menyita tasku. wah masalah lagi gumam ku dalam hati, aku berusaha tanang dan tiba-tiba petugas itu menanyakan prihal “barang cair tidak boleh masuk bagasi pesawat” aku bersusaha menjelaskan secara halus dan sopan “pak obat batuk itu sangat saya perlukan mengingat perjalan lebih dari 8 jam, jadi kalau tiba-tiba saya batuk-batuk di dalam pesawat kan gak enak bisa mengganggu penumpang lain”.
Dan Alhamdulillah akhiranya petugas itu mau mengerti dan mempersilahkan aku untuk masuk di ruang tunggu “Ehh ada yang ketinggalan”kata petugas itu, ternyata tas kecil ku yang berisi barang berharga berupa passport dan uang sisa sejumlah dua ratus ribu rupiah, aku pun kembali ke konter petugas itu. Setelah itu aku di hadapakan dengan seorang bidadari yang amat cantik jelita, seorang pramugari menyodorkan tanganya di hadapanku, aku kira dia mengajak salaman maka aku sodorkan tangan ku dengan sedikit hati berdesir. Alamak ternyata wanita itu bukan berniat untuk salaman melainkan dia meminta tiket pesawat ku. Mukaku memerah karena tak kuat menahan rasa malu, mas dika tersenyum melihat tingakah ku yang benar-benar kampungan.
Setelah itu kami menunggu di ruang tunggu sekitar 15 menit, tiba-tiba pengumuman berkumandang tiket merah yang berarti first class harap masuk ke pesawat setelah itu di panggil tiket kuning yang berarti business class di persilahkan masuk ke pesawat, kemudaian tiba lah giliran ku tiket warna hijau yang berarti Ekonomi Class di persilahkan masuk ke pesawat, wahh ku lihat di koridor itu ada bidadari lagi, kali ini dia betugas menyobek tiket. Dengan senyum yang manis aku pun menydorkan tiket ku, dia bilang “terima kasih” alamak bagus sekali suaranya. … hehehe~~
Lalu aku bersama mas dika beserta teman-teman yang lain masuk pesawat. Setelah di dalam pesawat “wow seperti ini kah pesawat, mewah, bersih, kursi-kursi berjejer dengan rapi dan yang membuatku lebih betah tinggal adalah ohh banyakya bidadari yang tak lain adalah para pramugari ^_^”
setelah menaruh tasku di dalam bagasi pesawat, aku pun duduk di kursi nomor 38D. aku duduk dengan di sertai doa yang ku panjatkan kehadirat Allah SWT “ya Allah selamatkan aku di perjalanan ini, serta sampai kanlah aku ke negeri tujuan, negeri tujuanku untuk meraih sejuta impian, Amin”. Pesawat pun melaju mengantar kan ku ke negeri sejuta impian, Qatar.
0 comments:
Post a Comment
Support us with your Comment.