Blogroll

Thursday, April 10, 2014

5 Desember masih di tahun 2009, aku bersama seorang teman bernama Arfan hendak merenacanakan sesuatu yaitu prihal rencana jalan-jalan mencuci mata ke City Center. Seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya bakan mungkin kebanyakan orang di dunia apabila sesudah hari gajian maka mereka akan merencenakan sesuatu untuk menghibur atau sekedar rekreasi atau di sebut juga jalan-jalan. 

Seusai kerja aku dan Arfan pun bergegas ke Al-Ghanim bus station. Al-ghanim bus station adalah stasiun bus satu-satunya di Negara Qatar selain itu setahu ku tidak ada lagi station bus selain di Al-ghannim tersebut. Stasiun bis itu sangat ramai terlebih apabila hari jumat maka ribuan orang akan memenuhi stasiun bis itu. Dari ribuan orang itu tak ada satupun orang Qatar yang memakai jasa transfortasi bus di negaranya sendiri itu mungkin di karenakan rata-rata orang Qatar adalah orang kaya raya yang satu keluarga saja bisa memiliki mobil lima. 

Semua orang yang ada di stasiun bis al-ghannim adalah orang luar atau Expatriot yang bekerja di Qatar. Kebanyakan dari mereka adalah orang Nepal dan India. Semua bis yang ada di Al-ghannim station adalah bis yang bermerek Mowasalat selain itu tidak ada perusahaan bus lain lagi, tidak seperti di Indonesia yang setiap Stasiun bis di penuhi oleh berbagi perusahaan bis. Semua bis mowasalat berwarna hijau terkadang ada juga bis yang dipenuhi oleh iklan sponsor sehingga warna hijaunya tertutup semua oleh lambang-lambang produk yang di iklankan. 

Setelah menunggu hampir setengah jam akhirnya bis yang ku tunggu pun tiba. Waktu itu penumpang agak sedikit sepi di karena hari itu bukan hari jumat. Aku dan Arfan pun akhirnya masuk lalu membayar ongkos sebesar 3 riyal, disini ongkos harus bayar terlebih dahulu, di dekat sopir bis ada sejenis alat pembayaran otomatis yang langsung mengeluarkan tiket jadi tidak usah ada kenek untuk membantu sang sopir meminta ongkos pada penumpang. 

Aku dan Arfan duduk di kursi bagian depan, tak lama berselang ada tiga orang wanita yang hendak memakai jasa transfortasi bis mowasalat juga. Tiga wanita itu nampaknya berwajah Indo tapi aku pikir itu orang philipina karena mayoritas expatriot yang berwajah asia tenggara adalah philipina akan tetapi satu orang berkerdung dua yang lainnya tidak. Orang philipina mana mungkin ada yang berkerudung rapi seperti itu mengingat orang philipina kebanyakan adalah beragama Kristen. Aku pun yakin bahwa 3 orang wanita itu adalah orang Indonesia. Aku perhatikan terus, setelah mereka selesai membayar ongkos perjalanan mereka pun mencari-cari tempat duduk. Dan tiba-tiba seseorang di antara mereka bertanya pada seorang yang lainnya “kita duduk di mana?” jelas lah perkiraanku bahwa mereka adalah orang Indonesia. Dan mereka pun duduk persis di belakang bangku kami. 

Perhatianku tertuju pada perempuan yang berkerudung, dia Nampak lebih anggun di banding teman-temannya yang lain. Kerudung yang di kenakannya sangat rapi, berwarna hitam, ia memakai baju kuning agak putih lengan panjang, celananya berwarna hitam membawa ransel hitam, pokoknya sangat anggun dan menawan. 

Setelah meraka duduk dan sedikit berbincang-bincang, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk kenalan. Ku balik kan badan ku, kemudian dengan berani bertanya. 
“hallo, kalian orang Indonesia ya?” Tanya ku dengan sedikit suara agak gugup. 
“ia, kamu juga ya, asli mana?” jawab seseorang yang duduk di tengah yang berambut pendek. 
“Saya asli serang, Banten, kenalkan nama saya Aang, ini teman saya namanya Arfan, kalian asli mana?” jawabku sambil mengulurkan tangan tanda mengajak kenalan. 
“saya asli semarang jawa tengah, nama saya Rini, ini teman saya namanya Santi sama asli semarang, kalau yang ini namanya Nurul dia asal Jakarta” ternyata yang berkerudung itu namanya Nurul. :-)

Bis pun akhirnya jalan, bis memasuki jalan besar jabir bin mohammad street, kemudian dihadapkan dengan bundaran Al-rauda tepat di sebelahnya Swiss-belhotel Doha. lalu bis mengambil jalan ke kanan setelah beberapa meter bis di hadapkan kembali dengan bundaran, kali ini bundaran Al-sana Roundaboud lalu bis mengabil lajur kiri kemudian ke kanan melewati depan merweb Hotel. Bis berwarna hijau bernomor 57 jurusan city center itu terus jalan lurus lagi-lagi di hadapkan dengan bundaran, belum sampai 3 km sudah 3 bundaran di lewati. Bis sampai di Shark flyover kemudian melewati bawah jembatan, kini bis sudah memasuki jalur utama A ring Road. Tepat di samping kanannya pantai corniche yang begitu Indah di hiasai lampu-lampu perahu dan Indahnya gedung-gedung City Center dengan hiasan lampu yang berwarna-warni. Ada yang biru,merah,ungu,kuning bahkan ada yang kombinasi warna-warni seperti pelangi. Yang lebih keren terlihat adalah Tornado Tower dengan lampu khas warni-warni ala pelangi, membuat indah suasana city Center di susul satu gedung di sebelahnya yang tidak kalah indahnya dengan kombinasi gedung warna biru dan merah sungguh kota yang benar-benar hidup dan megah. 

Aku dan Arfan di dalam bis hanya terperanga melihat keindahan city center di malam hari di jalanan utama di samping pantai Corniche yang indah. Ini benar-benar suasana kota yang tidak ada tara keindahannya, selain bersih kota ini sangat tertata rapi walupun masih banyak pembangunan di sana sini, tapi tidak mempengaruhi keindahan kota ini. Sementara 3 cewe yang bareng bersama kami di dalam bis yang sama terus saja ngobrol dan bercanda dengan asyiknya. 

Namun di tengah asyiknya menikmati keindahan kota tiba-tiba Rini bertanya. 
“kamu sudah berapa lama tinggal di Doha?” Tanya Rini sambil mencolek punggungku yang kebetulan duduk tepat di depan mereka. 
“aku tinggal belum lama, kira-kira enam bulanan lah, kalau kalian?” aku pun balik bertanya. 
“kami sudah hampir dua tahun di doha. ini sudah mau dua kali kami bisa mengikuti hari ulang tahun Qatar nanti taggal 18 desember. Biasanya acara sangat meriah, ada kembang api, pawai, atraksi-atraksi, dll pokonya seru deh.” 
“ohh yaa, di mana kembang api dan atraksi itu di tunjukan?” Arfan pun angkat bicara. 
“di sini di Corniche” 
“ohh ia, kalian tinggal di mana dan kerja di mana?’ jawabku mengalihkan pertanyaan. 
“ aku dan Santi tinggal di dekat stasiun Al-ghannim tadi, kalau Nurul dia tinggal sama orang tuanya di Al-mansura, Aku dan santi kerja di Noodle House city center kalau Nurul dia masih sekolah dia sedang liburan di sini kebetulan kami sudah kenal sebelumnya karana Nurul sering berkunjung ke Qatar, jadi kami pun sering ketemu dan sering pergi bareng.” 
“ohh jadi Nurul ini di Qatar lagi liburan ya?” 
“ia, kebetulan Rini dan Santi ngjak jalan dari pada di rumah ya saya ikut saja ke city center sekalian ada yang mau di beli” jawab Nurul dengan nada yang begitu indah membuat jantung hati ku berdebar-debar. :-) 

Tanpa sadar bis pun akhirnya sampaii di city center. Melihat pemandangan city center yang di padati oleh gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi aku lagi terkagum-kagum dengan Negara pengasil minyak dan gas terbesar ini. Bagai mana tidak awalnya aku mengira Qatar ini Negara yang kecil yang miskin namun ternyata kekayaan melebihi orang-orang kaya di Amerika sana. Tarap hidup orang-orang Qatar sudah mewah semua, minimal satu keluarga memiliki 3 mobil itu pun kebanyakan mobil mewah sekelas Land Cruser yang harganya mencapai 3 milyar kalau di Indonesia. Kalau di bandingkan dengan kota Jakarta kota ini memang jauh lebih kecil tapi jauh lebih mewah dan juah lebih rapih dan bersih. 

Setelah sampai kami pun turun. Arfan menitipkan tasnya kepadaku untuk di bawa. Kaos ku yang bertuliskan wanted ternyata menarik perhatian Nurul. Terdengar oleh ku mereka berbisk-bisik. 
“kaosnya bertuliskan Wanted, mungkin dia lagi memburu sesuatu ya,,,mungkin” ahh kamu ada-ada saja Nurul. Sebenarnya aku dan Arfan ingin sekali mengikuti mereka bahkan kalau bisa belanja bareng dengan mereka tapi hati mengatakan jangan. “kita ketemu sampai di sini ya” ia senang berkenalan dengamu. Dan akhirnya kami pun berpisah “ahh aku lupa sesuatu” “lupa apaan” jawab Arfan. “nO Hp Nurul” ahh dasar lho, udah kejar sana,,’gak ah’, malu. Hehe!

0 comments:

Post a Comment

Support us with your Comment.