Blogroll

Tuesday, February 18, 2014

Cerita dari ibukota Indonesia yang begitu penat, sasana yang selalu ramai oleh orang yang berlalu-lalang, melakukan aktivitas seharian diibukota yang begitu gersang namun penuh sejuta harapan.

pagi itu, sekitar pukul 07.00 wib, saya baru sajak turun dari angkot jurusan Pasar Pagi-Grogol. seperti biasa karena hanya dibekali uang lima ribu rupiah oleh kakak untuk ongkos pulang pergi dari pejagalan-grogol. turun dari angkot si abang supir mengembalikan kembaliannya sebesar dua ribu lima ratus rupiah, karena waktu itu ongkosnya dua ribu lima ratus rupiah.

tiba-tiba selepas saya turun, saya di hampiri oleh seorang laki-lai paruh banya, agak tinggi tapi kurus, nampak seperti orang kebingungan dan hendak meminta pertolongan. tiba-tiba orang tersebut menghampiri saya.

" mas tolongin saya mas, saya mau pulang tapi kehabisan ongokos. saya gak tahu lagi harus minta tolong sama siapa" 

saya kaget bukan kepalang. bagaimana tidak, uang saya tinggal dua ribu lima ratus kalau saya kasih saya gak bisa pulang, kalau gak di kasih kasihan juga itu orang apalagi sudah meminta belas kasihan. akhirnya uang sisa kembalian dari supir angkot saya berikan, saya tidak pikir panjang dari mana saya nanti dapat uang untuk saya bisa pulang. karena jujur itulah uang terkahir yang ada di saku saya, karena pada waktu itu walau satutus nya bekerja tapi belum dapat gaji karena statusnya masih training.

Sambil menyodorkan uang dengan malu-malu, " ini pak saya cuma punya uang segini, tidak ada lagi selian ini pak, mudah-mudahan bisa menambahi untuk bapak bisa pulang", orang itu menjawab " ia mas terima kasih, ini cukup untuk ongkos saya ke kalideres, saya mau pulang ke serang tapi kehabisan uang". ohh ke serang, guamam saya dalam hati, tapi saya tidak menanggapi karena waktu itu sangat terburu-buru.

setelah kejadian itu sayapun panik "alamak saya benar-benar gak penang uang, bagaimana saya nanti bisa pulang, apa nasib saya akan sama dengan orang itu meminta belas kasihan orang, Ya Allah berikan jalan kemudahan".

jalanan Grogol waktu itu sangat padat, hiruk pikuk kendaraan berlalu-lalang, bunyi-bunyi suara klakson yang bising menyeruak membuat suasana semakin ramai dan bergemuruh, orang-orang berjalan denan begitu gesit, mengejar waktu, ada juga yang hanya berdiam di trotar menebarkan dagangan, pengemis yang beraneka macam ada yang bawa anak kecil, ada yang pura-pura sakit, bahkan ada yang pura-pura punya penyakit kusta di kulitnya, padalah secara kasat mata itu hanya bautan untuk menipu orang agar berbelas kasihan, sungguh ironi keadaan ibukota negeri ini.

Pukul 07.15 saya sampai di tempat kerja, Hotel Ciputra Jakarta. saya menyapa beberapa karyawan yang sudah sampai di sana, beberapa orang sudah sangat rapih dengan seragamnya yang licin dan berwarna-warni, beberapa receptinis dan waitress terlihat begitu anggun, cantik bak bidadari menebar senyum dan sapaan yang ramah, membaut suasana begitu menyenangnakan walau gak punya uang.

iseng-iseng  ke Dining Room ternyata pagi itu tidak seperti biasanya yang mana dining hanya diisi tumpukan piring dan gelas, tapi pagi itu tersaji nasi goreng buatan pak sumbang. jadi pagi itu saya gak usah sarapan pagi di kantin murah yang katanya murah tapi harganya lebih mahal daripada nasi uduk atau nasi goreng di emperean jalan.

setelah mengikuti breifing bersama supervisor dan teman-teman yang lain, saya mendapat kejutan berupa tugas yang selama ini jarang saya dapatkan, mejadi room attendat yang harus menangani kamar-kamar tamu, bisanya bagi seorang anak training seperti saya itu tidak akan di berikan tugas yang sifatnya sangat sensitif dalam hal pelayanan kepada tamu, ini khusus tugasnya para senior. tapi waktu itu entah kenapa saya di percaya oleh supervisor untuk menggantikan salah satu karyawan yang tidak bisa masuk karena sakit.

bertugas memnagani kamar tidak mudah, karena kita akan dihadapkan sama situasi dan kondisi dimana kita akan berhadapan langsung dengan tamu hotel yang memilki karakter yang berbeda-beda, namun menjadi petugas kamar juga biasanya berkesampatan mendapatkan tip. Ternyata benar disebuah kamar yang diisi seorang pengusaha kaya, diatas bednya di tauh uang sebesar lima puluh ribu rupiah, karena saya bekerja berdua dengan teman saya maka uang tip itupun saya bagi dua, masing-masing mendaptkan dua puluh lima ribu rupiah.

Dalam hati saya begumam, alhamdulillah setidaknya ini bisa menolong saya untuk bisa pulang ke rumah kakak di pejagalan, bahkan bisa untuk lima hari. saya baru sadar ternyata sedekah saya sama orang tua di jalan tadi pagi telah di balas oleh Allah sebanyak sepuluh kali lipat. dari uang dua ribu lima ratus yang saya berikan kepada orang tua yang memerlukan uang untuk ongkos pulang ke serang, Allah membalsanya dengan memberikan saya uang untuk pulang ke pejagalan selama lima hari, ya saya katakan dua puluh lima ribu cukup untuk bekal ongkos selama lima hari, Subhanallah. Allah memang maha menepati janji.

***

Hikmah Dari Cerita ini :

ketika kita memiliki harta yang paling berharga, maka kita sangat enggan untuk mensedekahkannya.  padahal itu sangat baik bagi kita, terlebih sedekah yang kita keluarkan adalah untuk menolong orang lain yang sedang kesusahan dan sangat membutuhkan pertolongan.

sedekah justru akan melipatgandakan harta kita, ini sesuai dengan janji-Nya :

"Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, dan pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki, dan Allah maha luas (Karunia-Nya) dan maha mengetahui"(QS. Al-Baqarah : 261)

Makna hidup ini sejatinya adalah untuk memberikan sebanyak-banyak manfaat untuk orang lain. Rasulullah Saw bersabda " sebaik-baik diantara kalian adalah ia yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain". 

dari hadist itu sangatlah jelas sekali bahwa nilai seorang manusia bisa ditentukan dari seberapa besar manfaat yang bisa ia berikan kepada mahluk lainnya dimuka bumi ini.

Monday, February 10, 2014

First Love, make me Strength
ini adalah cerita sebelum saya tinggal di Qatar, satu setengah tahun sebelum hijrah ke Qatar. saya adalah seorang pelajar yang aktif di beberapa organisasi Intra sekolah. seperti Pramuka, PMR, dan Paskibra. waktu itu saya belum kenal sama organisasi yang namanya Rohis, Namun entah kenapa menjelang kelas 2 saya menjadi siswa pemalas, tidak aktif dan lalai dalam mengerjakan tugas. selidik punya selidik ternyata saya terserang VMJ alias Virus Merah Jambu.

saya jatuh cinta sama seorang gadis yang baru menginjak kelas 2 SMP, masih kecil tapi sudah punya daya tarik. setiap pulang sekolah saya selalu menunggunya di sebuah perempatan jalan dekat pangkalan ojek, setiap sore saya selalu rajin menunggunya, bukan untuk mengajak dia jalan atau untuk pulang bareng, tapi saya hanya ingin melihat wajahnya walau hanya sekedip mata. hanya karena itulah saya mengorbankan kegiatan-kegiatan di sekolah sampai teman-teman mempertanyakan ada apa dengan saya, ko gak pernah aktif lagi di sekolah?" saya hanya jawab, saya lagi sibuk di rumah bantuin orang tua, orang tua saya jadi modus dan jadi korban alasan, kasihan. Astagfirullah!!

karena itu cinta pertama saya, benar-benar indah. sungguh, melihat senyumnya saja hati sudah berbunga-bunga, mendengar suaranya saja diri ini senang bukan kepalang, apalagi bila bisa jalan bareng dengannya ,sungguh dunia serasa milik berdua. sampai akhirnya perasaan saya sama si dia mencapai titik klimaks, sehingga saya berani mengutarakan cinta.

Sudah kuduga cintaku pasti bertepuk sebelah tangan, dia yang ku puja sama sekali tidak punya perasaan cinta sama saya, hati sedih bukan kepalang, makan gak enak tidur pun gak nyanyak. stiap hari hanya diisi dengan merenung, disekolah tak bersemangat, rasanya ingin mati saja, sungguh luar biasa godaan cinta. pada saat itu setan cinta sedang merongrong jiwa saya untuk menjadi hamba yang hina.

Beruntung, ada seorang teman yang selalu memperhatikan saya. nampaknya dia tahu masalah yang sedang saya hadapi, perlahan dia mencoba mendekati saya, sedikit demi sedikit memberikan motivasi dan semangat agar saya bangkit kembali. katanya saya bukan saya yang dulu, "Ang dulu dirimu sangat aktif di kelas, memberikan pertanyaan dan argumen yang terkadang gurupun sulit menjawabnya, dulu dirimu sangat aktif di organisasi sampai-sampai kau menginap di sekolah yang hanya di temani pak satpam, ada apa dengan dirimu yang sekarang?" 

dia terus memberiku semangat, beberapa buku motivasi dia sugguhkan, sampai akhirnya dia mengajakku ke sebuah pengajian. pengajian yang sering di ikuti oleh anak-anak rohis namanya mentoring, pertama-tama saya tidak meresa nyaman ada di dalamnya, tapi orang-orangnya sungguh luar biasa, setiap saat selalu mengingatkan shalat, kata-kata yang diucapkannya selalu bermanfaat, lama-lama saya mulai merasakan kenyamanan berinteraksi dengan mereka, sampai-sampai secara tidak sadar saya bisa melupakan si dia.

pada suatu hari, saya diajak oleh teman-teman Rohis untuk mengikuti acara malam bina iman dan Takwa (Mabit), saya belum tahu seperti apa acaranya, karena penasaran saya ikut saja, acaranya di sebuah villa dekat pegunungan, acara tersebut hanya diikuti oleh anak laki-laki, rata-rata semuanya anak rohis yang tergabung dari beberapa sekolah yang ada di sekitar kota pandeglang. seperti layaknya anak rohis mereka sopan-sopan dan santun-santun, mereka sangat antusias dengan acara mabit tersebut, saya pun ikut terlarut asyik mengikutinya. saya mengikuti beberapa acara yang mengasikan mulai dari outbound, jelajah alam, main bola dan yang paling mengesankan adalah muhasabah yang waktunya di laksanakan di seperempat malam terakhir, bener.. takjub.. saya sampai menangis tersedu-sedu di buatnya, seakan saya dicambuk oleh dosa-dosa yang saya perbuat, terutama kepada kedua orang tua saya. dari situlah saya mulai bangkit lagi, jiwa saya seakan di bangunkan kembali, spritual dan emosional saya semakin meningkat, saya optimis lagi, mulai giat belajar lagi dan prestasi pun saya bisa rebut kembali.

Dari kebangkitan itu, akhirnya saya bisa menjadi juara umum di sekolah, mendapatkan penghargaan sebagai siswa terbaik, dan bisa langsung di terima oleh dunia kerja, pada saat itu hotel ciputra karena jurusan saya adalah bidang perhotelan. dari sini pula lah saya bisa berhijrah ke Qatar, negeri sejuta inspirasi.

***

Hikmah dari cerita ini :

Cinta bisa membuat kita terlena, indahnya cinta membuat hidup seakan berjuta rasa, tapi semua itu hanyalah semu, rasa ingin memiliki namun tidak dibarengi dengan kesiapan untuk merajut ikatan suci hanya akan menjadikan diri ini dibenci oleh illahi. Ia yang maha menciptkan kita telah menganugrahi cinta agar manusia bisa berkasih sayang, melestarikan keturunan dan saling memberikan ketentraman.

cinta merupakan hal yang mendasar dalam hidup ini, terkadang cinta membawa bahagia bagi manusia, dan dapat pula berubah menjadi prahara. Cinta adalah instrumen untuk mencapai tujuan, pada dasarnya cinta adalah netral, tetapi terpulang siapakah yang mengemudi cinta itu sendiri, jika nafsu syahwat yang mendominasi maka wajarlah cinta itu akan berkahir dengan kebinasaan, tetapi jika cinta yang bertaburan dengan bunga iman kepada Allah, maka cinta adalah pengikat antara manusia dengan tuhannya, sehingga akan menjadikan dia ikhlas beribadah.

Dalam mendefiniskan cinta banyak para pemikir, mengkiaskan makna cinta dalam kata-katanya, Al-Ashma'i berkata, saya pernah bertanya kepada sorang arab badui tentang cinta. Dia menjawab "Cinta itu tersembunyi di dalam batu, apabila dinyalakan ia akan tampak. Namun apabila dibiarkan, ia pun sembunyi didalamnya." menurut Ibnu Al-Qoyyim, orang-orang berakal sepakat mencela orang yang mencintai sesuatu, yang membuat dirinya celaka karena kecintaannya itu. Cinta adalah fitrah yang dianugrahkan Allah kepada para mahluk-Nya.